sejarah kerajaan langkat
Inilah kisah nyata bagaimana keluargaku dibunuh, kerajaan dibumihanguskan, membacanya benar-benar membuatku terdiam. ternyata ada juga yang tau tentang kisah nyata ini. sadarlah, kalian sudah difitnah, melayu tidak begitu. Apa yang kalian rasakan jika kakek nenek buyutmu disiksa dengan begitu tidak manusiawi? aku tau cerita ini sejak aku masih kecil dari orang tuaku. kubagikan disini agar kalian tau bagaimana sejarah yang sesungguhnya.
Masa Kegelapan Budaya Melayu
Pada tahun 1946 keadaan suhu politik di Sumatra timur memanas,
orang-orang Komunis mulai menguasai partai politik dan juga membentuk
laskar bersenjata diantaranya Laskar Buruh atau PKI.
Wakil Gubernur, Menteri Amir Syarifuddin (salah seorang eksponen
Komunis) tiba di Serdang dari Jawa dan menghasut partai dan laskar
rakyat kenapa membiarkan feodal Sultan dan bangsawan Serdang di
istananya, hal ini mudah di lakukannya karena ia seorang penulis dan
menjadi redaktur di majalah Pemoeda Soematra.
Secara sembunyi kaum komunis mempersiapkan rencana untuk menghapuskan
monarki kerajaan Melayu dan ingin mengambil alih pemerintahan kerajaan.
Mereka kemudian membuat propaganda di koran-koran, radio dan pamflet
serta isu-isu fitnah palsu untuk menghasut rakyat, isu bahwa Raja-Raja
Melayu itu sudah bekerjasama dengan Belanda dan mereka adalah kaum
Feodal yang memeras dan menindas rakyat.
Dengan akal jahatnya PKI berhasil memindahkan Kapten Tengku Nurdin dari
Batalion III naik pangkat menjadi Komandan Resimen di Tanah Karo dengan
pangkat Mayor.
6 Februari Gubemur Mr. T. Moh. Hassan, beserta rombongan yang diangkut
dengan 7 mobil, berangkat dari Medan lewat Brastagi dan Sumatra Tengah
menuju Sumatra Selatan, hingga tanggal 22 Maret kembali berada di Medan.
Ketika Gubernur Mr. T. Moh. Hassan pergi tur, Dr. Moh. Amir tetap tinggal di Medan sebagai pejabat Gubemur.
Saat itulah tragedi terjadi……..
3 Maret 1946, tepat jam 12 malam secara serentak massa yang kebanyakan
rakyat pendatang dipimpin oleh orang-orang komunis kiri PKI mengajak
serta PNI, Pesindo, serta massa menyerbu istana dan kantor kerajaan
Melayu dan mengumumkan bahwa kerajaan Melayu telah dihapuskan oleh
rakyat Indonesia.
Pembunuhan terhadap kaum bangsawan terjadi secara massal ada juga yang
di benamkan di Laut, kepalanya dipotong, di kubur hidup-hidup dan
berbagai pembunuhan sadis lainnya, di lakukan oleh massa dari PKI.
Penyerbuan massal itu tragedi buat Sultan Bidar Alam Syah IV di Bilah,
Sultan Mahmud Aman Gagar Alam Syah di Panai dan Tengku Mustafa gelar
Yang Dipertuan Besar Makmur Perkasa Alam Syah di Kota Pinang, kesultanan
Serdang Asahan di Tanjung Balai, Kesultanan Deli di Medan, kerajaan
Melayu Yang Dipertuan Tengku Al Haji Muhammad Syah di Labuhan Batu
seperti Kualuh dan Kota Pinang, di Labuhan Batu.
Di tempat lain, istana Sultan Langkat baik yang di Tanjung Pura maupun
yang di kota Binjei diserbu dan dirampok, Bangsawan-bangsawan Langkat
ditangkap dan sebagian besar dibunuh dengan kejam termasuk pujangga
besar Tengku Amir Hamzah, puteri-puteri Sultan Langkat diperkosa dan
yang lebih memilukan lagi perkosaan di depan mata beliau Sultan Langkat,
dan putra mahkota yang masih belia hilang tak tau rimbanya hingga kini,
ini dilakukan oleh Marwan dan antek2nya, mereka dari PKi.
Tengku-tengku di Asahan yang laki-laki semua dibunuh termasuk isteri Tengku Musa dan anaknya.
Tidak berapa lama setelah pergantian Kapten Tengku Nurdin, penggantinya
yang baru di Batalion III , menangkap semua kaum bangsawan Melayu di
beberapa daerah termasuk perempuan dan anak-anak ditangkap dan dibawa ke
perkampungan (Concentration camp) di Simalungun dan Tanah Karo.
Kaum bangsawan dinista dan dicacimaki sebagai orang bodoh dan pemalas
serta berada di dalam kemiskinan dan tidak mendapat bantuan Negara dan
di negerinya sendiri dianggap sebagai second class citizens.
Dua generasi orang Melayu hampir kehilangan identitas mereka. Mereka
takut mengaku Melayu, takut memakai baju teluk belanga dan menambah
gelar marga Batak di depan namanya supaya boleh masuk sekolah atau
diterima di kantor pemerintahan. Mereka menghilangkan gelar Tengku atau
Wan karena takut dicaci sebagai feodal.
Zaman ini adalah masa kegelapan buat adat-budaya Melayu.
Hingga akhirnya tiba juga……….
Pada 30 September 1965 terjadilah kudeta (coup d‘etat) PKI yang segera
dihancurkan oleh Angkatan Bersenjata RI pimpinan Jenderal Suharto.
Sebahagian besar eksponen PKI di Sumatera Timur yang di tahun 1946
membunuh dan merampok kaum bangsawan Melayu ditangkap dan dibunuh
rakyat.
Kemudian pada tahun 1971 di Medan……..
Para Pemuka masyarakat Melayu di Sumatera Timur dilindungi oleh Panglima
Komando Wilayah Sumatera, Letnan Jendral Ahmad Tahir yang juga
mengumpulkan dan menyatukan sebanyak 17 organisasi massa Melayu dan
membentuk payung organisasi bernama MAJELIS ADAT BUDAYA MELAYU INDONESIA
(MABMI) .
Sampai sekarang adat budaya melayu masih banyak yang hilang karena
pernah terputusnya di dua generasi pada masa revolusi sosial dan
setelahnya, walau sekarang sudah ada yang berusaha menggali tapi itu
belum cukup tampa bantuan dari orang orang Melayu di seluruh penjuru
duni
maaf gan, aq tau cerita ttg kesultanan langkat jg dr atok, sbnrnya ada hub dgn pihak belanda (pemilik perkebunan daerah langkat). atok q mpe nglepas gelar tengku-nya, krn kebenaran beliau pejuang 45 didaerah besitang (ada monumennya). last but not least, berandan lautan api jauh mendahului bandung lautan api. buku sejarah tulisan atok q diblack list mpe skrg, namun diakui pemerintah jepang. well... kpn nama baik itu akan kembali n kita jd tuan ditanah sendiri :)
BalasHapusSiapakah nama Sultan Langkat pada zaman itu dan siapakah nama2 puterinya dan putera mahkota yang hilang? Saya benar2 nak tahu. Minta jasa baik sesiapa yg tahu untuk menyatakannya di sini. Terimakasih.
BalasHapusMff gan,saya pingin tahu siapa pangeran tumanggung tengku Djafar,dan apa hubunganya dengan kesultanan langkat,mff gan saya lgi mncari garis keturununan kluarga dri tengku djfar,yg tahu info tlng blsan dikirim lewat email
BalasHapussaya,fahruriza2012@gmail.com