Senin, 02 Juni 2014

Masjid Azizi tanjung pura

Bangunan anggun, kokoh dan berwibawa di tepi jalan lintas Sumatra Medan – Brandan membuatku tertarik untuk berhenti dan mengunjunginya. Di halaman depan terdapat papan yang menyatakan bahwa bangunan ini diresmikan pada tahun 1902. Tuanya umur bangunan tersebut membuat saya semakin penasaran. Bangunan tersebut adalah Masjid Azizi di Kota Tanjungpura, Langkat Sumatra Utara.
masjid-azizi-langkat (1)
Masjid Azizi dibangun oleh Sultan Abdul Aziz Djalil Rachmat Syah pada tahun 1900-an dan selesai pada Juni 1902. Itulah sebabnya masjid ini diberinama Masjid Azizi. Arsitek masjid ini adalah seorang Jerman dan pekerjanya adalah orang-orang Cina dan penduduk setempat. Arsitektur masjid merupakan gabungan dari masjid di Turki dan India. Sedangkan keramik dinding dan lantai jelas bercorak Cina dan Eropa. Lampu gantung berwarna perak (dulu berwarna kuning karena terbuat dari kuningan dan kemudian disepuh perak) berasal dari Negeri Belanda.
masjid-azizi-langkat (2)
masjid-azizi-langkat (3)
masjid-azizi-langkat (4)
masjid-azizi-langkat (5)
masjid-azizi-langkat (6)
masjid-azizi-langkat (7)
masjid-azizi-langkat (8)
masjid-azizi-langkat (9)
masjid-azizi-langkat (10)
Halaman masjid sangat bersih. Bangunan masjid masih terawat baik, meski belum pernah ada renovasi sejak didirikan tahun 1900-an. Di belakang masjid terdapat bangunan yang sekarang difungsikan sebagai madrasah dan Institute Agama Islam. Lebih ke dalam terdapat sebuah fondasi tanpa bangunan. Saya menduga fondasi tersebut adalah bangunan kerajaan yang ikut terbakar saat revolusi sosial Sumatra Timur tahun 1946.
masjid-azizi-langkat (11)
masjid-azizi-langkat (12)
Menara masjid berdiri di samping kanan depan. Menara ini bertinggi 35 meter dengan dua lantai menara. Dahulu kala, sebelum ada loudspeaker, muazin harus naik ke atas menara untuk mengumandangkan adzan. Kini, di atas menara telah terpasang loudspeaker merek Toa. Saya berkesempatan untuk menaiki menara ini melalui tangga putar yang berada di dalam menara. Untuk mencapai lantai pertama saya tidak mengalami masalah, sebab bangunan menara masih cukup lebar. Namun saat menuju ke lantai puncak, saya sedikit pening karena bangunan menara menyempit, sehingga hampir tidak ada jarak antara tangga putar dengan dinding.
masjid-azizi-langkat (13)
masjid-azizi-langkat (14)
masjid-azizi-langkat (15)
Di sisi kanan dan belakang masjid dijadikan makam. Ada makam raja-raja dan keturunannya, ada pula makam umum penduduk setempat. Salah satu makam yang bersemayam di sana adalah makam Pahlawan Nasional sekaligus penyair handal Indonesia yaitu Tengku Amir Hamzah.Siapapun yang belajar tentang Poedjangga Baroe pasti mengenal Amir Hamzah.  Tengku Amir Hamzah terbunuh dalam kerusuhan Revolusi Sosial Sumatra Timur. Beliau wafat di kebun lada di Binjai. Pada nisannya tertulis beberapa puisi karyanya.
masjid-azizi-langkat (16)
masjid-azizi-langkat (17)
masjid-azizi-langkat (18)
Di sebelah kanan agak ke belakang terdapat gedung yang digunakan sebagai perpustakaan dengan nama “Balai Pustaka Tengku Amir Hamzah’. Sayang sekali perpustakaan ini tutup sehingga saya tidak bisa masuk ke dalam. Dari kaca jendela saya  melihat beberapa buku terbitan baru. Tidak banyak buku peninggalan Amir Hamzah yang terlihat. Apakah buku-buku Amir Hamzah ikut terbakar saat kerusuhan revolusi sosial tahun 1946, atau tersimpan di dalam gedung tersebut, saya tidak tahu.
masjid-azizi-langkat (19)
Masjid masih berfungsi untuk beribadah bagi umat Muslim di sekitarnya. Masjid ini juga banyak dikunjungi para peziarah dari kota-kota lain di Indonesia, bahkan dari negara tetangga, seperti Singapura, Malaysia, Brunei dan Thailand (Provinsi Patani), khususnya saat Festival Azizi dilaksanakan untuk memeringati wafatnya Tuan Guru Besilam Babussalam Syeikh Abdul Wahab Rokan, yang dikenal sebagai ulama penyebar Tariqat Naqsabandiah.
masjid-azizi-langkat (20)
Meski Masjid Azizi adalah tempat ibadat umat Islam, namun masjid ini membawa pesan plural baik dari arsitekturnya, perancang maupun pekerjanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar